Tanpa Tangan dan Kaki yang Normal, Anak Ini Juara Renang Nasional


Dengan prestasinya, Sarwanto mengharumkan nama Kabupaten Sambas dan Kalbar pada cabang olahraga renang paralympic tingkat nasional. Meski siswa ini tak memiliki telapak tangan dan telapak kaki, kecepatan renangnya sulit untuk diatasi. HARI KURNIATHAMA, Sambas.

SAAT itu hujan turun deras. Hiruk pikuk kegiatan kelas di SMPN 1 Selakau kalah saing dengan bunyi genteng yang dihujani air. Memang saat ini musim penghujan, dingin. Namun keramahan Sarwanto, pahlawan yang mengharumkan nama daerah ini, mampu menghangatkan suasana dengan senyumnya.Didampingi Nazarhan, kepala SMPN 1 Selakau, Sarwanto yang saat itu berseragam Pramuka rapi, memperlihatkan keheranannya saat mengetahui jika koran ini ingin mengenal dia lebih dalam. Namun senyumnya kembali sumringah saat mengetahui maksud Pontianak Post untuk menulis kisah suksesnya. Maklum, siswa yang hobi makan nasi goreng ini masih canggung dengan media.

Saa bertemu Sarwanto, jelas terlihat fisik tubuhnya yang tak sempurna. Tak ada telapak tangan dan kaki, namun masih berjalan dengan bertumpu pada tulang kakinya. Keadaan yang demikian itu tidak menjadikan wajahnya berkeluh kesah. Bahkan dia tak perlu dibopong saat mendatangi ruang kepala sekolah bertemu koran ini. Di balik keterbatasan fisiknya inilah, justru keistimewaan anak yang lahir di Selakau, 4 Mei, 15 tahun silam. Cacat yang dialaminya ini merupakan bawaan sejak lahir. Warga Gang Semayang, Desa Sungai Nyirih ini, awalnya tak percaya diri dengan kondisinya, namun ia terima apa adanya. “Saya terbiasa dengan kondisi ini,” ungkapnya.

Anak pasangan Junaidi dan Yatim ini tergolong berani. Berdomisili di wilayah pesisir pantai, membuat ia akrab dengan sungai. Tak heran saat usianya menginjak 5 tahun, bersama kawan-kawannya, memberanikan diri mandi di sungai. Tanpa orang tua, apalagi pelatih yang mengajarinya berenang, dia bisa berenang karena teman-teman dan alam yang menjadi pelatihnya.

Mengetahui kondisinya seperti itu, ia langsung menceburkan diri ke sungai. Sempat takut tenggelam menghampirinya, namun rasa khawatir itu sirna ketika ia ingin bisa berenang. Hari ke hari, Sarwanto terbiasa berenang di sungai. Layaknya orang normal, sungai menjadi kawan karibnya. “Saya melompatkan diri ke sungai, belajar berenang, dan saat berenang saya seperti memiliki tangan dan kaki,” katanya dengan senyum.Selain hobi berenang, ia bersekolah layaknya siswa lainnya. Hanya saja Sarwanto tak bisa mengendarai kendaraan. Dia mesti diantar jemput oleh kakak iparnya. Menariknya, ia menjadi satu-satunya siswa disabilitas di sekolahnya dan saat ini duduk di kelas IX.

Meski kondisinya cacat, di sekolah semua kegiatanya dilakukan sendiri. Mulai berjalan, berdiri, bahkan menulis. Untuk menulis pelajaran di buku, Sarwanto menggunakan kedua lengannya, dengan menjepitkan pensil atau pulpen. Bahkan, hasil tulisannya sebagaimana penuturan kepala sekolahnya, tergolong rapi dan bagus. Anak keempat dari enam bersaudara ini pun beruntung memiliki banyak teman yang setia membantu, tanpa pernah mengolok-olok dirinya atas keterbatasan fisik yang dimilikinya.

Bahkan sang kepala sekolah menilai Sarwanto merupakan salah satu siswa dengan prestasi akademik yang baik di kelasnya. Semangat bersekolah dan berprestasi Sarwanto tersebut merupakan motivasi bagi siswa lainnya, agar dapat mencontoh kerja keras siswa yang satu ini.Kegemarannya mengarungi sungai dengan berenang, membuat salah satu atlet disablitas lainnya, Herlan, mengajaknya ikut kompetisi. Dengan kali pertama mengikuti seleksi di tingkat Provinsi, ia pun keluar sebagai juara II pekan paralympic Provinsi Kalbar untuk cabang olahraga renang, 18 – 22 Juni 2014 silam. Uang tunai Rp10 juta pun diraihnya, yang digunakannya untuk membeli laptop sebagai sarana untuk belajar.

Tidak sampai di situ, Sarwanto kembali di kirim ke Solo, Jawa Tengah, untuk mengikuti Kejurnas NPC Indonesia 2015. Dengan menyisihkan ratusan peserta dan belasan peserta cabang olahraga tingkat nasional, siswa yang bercita-cita menjadi pelukis ini pun keluar sebagai juara pertama kategori 50 meter dan 100 meter gaya bebas. Rencananya, tahun depan ia akan kembali berkompetisi di ajang serupa di Bandung, Jawa Barat. 

Prestasi yang diraihnya ini pun tak semudah membalikkan telapak tangan. Prestasi nasional ini didapat dari hasil latihan dan kerja kerasnya. Anak nelayan ini harus berlatih selama tiga kali dalam seminggu, dalam durasi latihan renang 2 jam perlatihan. Meski semula ada yang tak pernah percaya jika dia bisa berenang karana keterbatasan fisiknya, Sarwanto tetap yakin bisa. Akhirnya, ungkapan orang yang menganggapnya sebelah mata menjadi cambuk bagi dirinya untuk berprestasi.

Nazarhan, sang kepala sekolah, mengatakan Sarwanto adalah satu-satunya siswa berkebutuhan khusus dari 530 siswa di sekolah yang dipimpinnya tersebut. Namun dia memastikan jika siswa yang satu ini dikenal sopan dan ramah. Bahkan, Nazarhan menambahkan, sebelum berangkat ke Solo, Sarwanto berpamitan kepala sekolah, guru, hingga teman-temannya. Pihak sekolah berharap apa yang diraih Sarwanto bisa menjadi perhatian pemangku kebijakan di kabupaten ini, untuk mendukung kiprah siswa berprestasi tersebut. “Kita mendukung apa yang dilakukan Sarwanto. Karena tak saja baik di bidang akademik, kemampuannya di bidang non akademik seperti berenang ini hingga prestasi di tingkat nasional,” katanya. (Insan Tiara)


Share this article :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "Tanpa Tangan dan Kaki yang Normal, Anak Ini Juara Renang Nasional"